Sunday, 30 November 2025

Jaguar Smile : A Nicaraguan Journey, Salman Rushdie

 Jaguar Smile : A Nicaraguan Journey, Salman Rushdie


Saya sedang mencari buku yang tak terlalu tebal saat itu, sekadar pelepas penat. Hingga akhirnya saya melihat buku Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey yang ditulis oleh Salman Rushdie di rak buku perpustakaan kampus dan tanpa pikir panjang segera saya lahap habis seharian di perpustakaan saat itu juga.

Buku ini adalah karya non-fiksi yang ditulis Salman seusai mengunjungi Nikaragua pada Tahun 1987. Pengalaman perjalanannya selama disana, kemudian perjumpaannya dengan para politisi dan orang-orang penting kian memperlihatkan gambaran situasi politik Nikaragua di masa itu. Belum lagi dalam penggarapan buku ini, Salman baru saja kembali dari jeda panjangnya setelah proses penggarapan Satanic Verse . Buku ini juga memperlihatkan sisi akademis seorang Salman Rushdie  yang notabene-nya seorang ahli sejarah. Cara penuturan penggunaan bahasanya pun jauh lebih realis namun tetap sarkastik (seperti biasanya) sebagaimana gaya khas di dalam karya-karyanya. Salman menceritakan bagaimana Nikaragua saat itu benar-benar diguncang oleh kehadiran Amerika Serikat yang menentang gerakan beraliran kiri Sandinista National Liberation Font (FSLN). Kepemimpinan diktator Anastasio Somoza Debayle juga menjadi topik yang tak luput dalam pengamatannya. Nikaragua seperti target berburu "Jaguar-jaguar tirani".

Dalam buku non fiksi perdananya kali ini, ia cenderung menggunakan bahasa yang amat ringan. Sekiranya judul senyuman jaguar pada akhirnya terasa sebuah metafora. Metafora tentang sebuah "jaguar-jaguar tirani" yang diam dan kelaparan mencari mangsa di tanah Nikaragua. Mereka sedang tersenyum.








Saturday, 1 November 2025

Time of The Hero, Mario Vargas Llosa

Ini sebuah kisah tentang kehidupan para kadet di akademi militer Leoncio Prado ; sebuah kisah tentang sekelompok 'geng' yang memberontak dari aturan militer yang kaku; sebuah kisah yang menjadi debut novel penulis besar Peru, Mario Vargas Llosa.


Leoncio Prado merupakan institusi pendidikan bagi pemuda-pemuda Peru. Mereka dididik dengan semangat dan nilai-nilai militer. Namun harapan itu tecoreng ketika sekumpulan kadet secara diam-diam membangkang dari segala aturan tersebut. Mereka menginginkan "kebebasan" untuk merasakan hal-hal yang tak bisa mereka dapatkan di akademi.dan mencoba meniru perilaku orang dewasa. Ketika letnan mereka tak ada, diam-diam mereka merokok, berjudi, dan puncaknya mencuri soal ujian tanpa sepengetahuan Letnan mereka.

Tempat  dimana seharusnya nilai-nilai militer ditanamkan, dan kedisiplinan dijunjung tinggi dibuat gempat tak kala sebuah skandal menghantam Akademi Militer Leoncio Prado ketika salah satu kadetnya melaporkan sebuah kasus pencurian soal ujian dan segala kenakalan para kadetnya. Hal itu membuat para Letnan pun murka dan merasa kecolongan atas tingkah kelakuan para kadet.


Kecerdikan Llosa merangkai plot nampaknya sukses menimbulkan rasa penasaran. Alasannya sederhana, tatkala ia tak secara gamblang memunculkan lakon utama pada awal cerita, dan hal itu tentu membuat para pembaca bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya sang tokoh utama. Hingga kemudian secara perlahan muncul sosok-sosok bernama The Jaguar, The Poet, The Slave dan The Boa. 

 Awalnya buku ini menuai banyak protes dan sempat menjadi kontroversi di Peru, karena buku ini dianggap pihak militer sebagai sebuah pelecehan. Mereka memutuskan untuk membakar “Las Ciudad y Los Perros” (judul asli buku ini yang sebenarnya berarti “The City and The Dogs”, yang mana hal itu justru menahbiskan Llosa sebagai salah satu penulis besar dari Peru, bahkan Amerika Latin.