"Tikus-tikus adalah mamalia cerdas, mereka akan menguraikan kita. Masyarakat mereka, bagaimanapun juga, baik lebih stabil daripada kita." ujar salah satu tokoh dalam kisah ini. Humor gelap macam itu kerap muncul dalam cerita ini. Perancis dalam perspektif Houllebecq terasa begitu getir, dan ia mencoba menyampaikan kisah satir ini yang tentu memancing banyak respon beragam dari apa yang coba disampaikannya.
Kelihaian Houellebecq jelas terlihat dalam eksplorasinya mengangkat tema-tema "ekstrim". Jelas itu akan berpotensi menimbulkan kontroversi, (bagi mereka yang mungkin menganggapnya terlalu vulgar dan sensitif) namun jika siapapun yang membacanya bisa melihat lebih luas, ini adalah semacam karya satir dengan balutan erotisme yang coba dihadirkan Houellebecq lengkap dengan humor gelapnya.. Soumission kian mempertegas keberadaanya sebagai penulis kontemporer perancis yang asik. Setidaknya bagi saya.
Kelak di masa depan , kelompok partai muslim memenangkan pemilihan presiden. Sang tokoh utama, Francoise, seorang profesor literatur tengah mengalami penurunan gairah hidup di usianya yang memasuki setengah abad. Karirnya perlahan meredup sebagai seorang pengajar, kehidupan sosialnya tak kalah memprihatinkan dengan kebiasaannya meniduri wanita-wanita mengantarkan dirinya sebagai "pemain handal" di setiap pergantian kalender tahun ajaran universitas.
Francoise seorang profesor literatur ; seorang spesialis yang karya-karya Huysmans; seorang womanizer mumpuni yang jatuh hati oleh seorang wanita yahudi. Sang profesor dengan pesona yang kuat tak memiliki kesulitan menggaet wanita-wanita yang ia inginkan. Ia bisa dengan mudah beranjak dari satu wanita ke wanita lainnya dengan personanya. Hal itu terjadi sebelum ia jatuh hati dengan Maryam, wanita yahudi, yang kelak membuatnya jatuh kepayang.
Jelas Houllebecq tak sedang bermaksud memprovokasi seantero negeri dengan berbagai hal yang terpampang dalam kisah Soumission ini, namun ini jelas menjadi sebuah penanda bahwasannya Perancis yang kini ia lihat perlahan telah berubah. Dari situ tampaknya ia tak ambil pusing menerima segala perbedaan dan memilih untuk merefleksikan pergesaran nilai-nilai budaya dengan semua balutan humor-humor hitam yang menghiasi kisah ini.
Terlepas dari segala polemik dan pertentangan terhadap Houllebecq dan karyanya, jelas karya ini kian menempatkan dirinya pada penulis Perancis yang menjanjikan. Kecenderungannya memasuki area-area "tabu" mulai dari seksualitas, politik dan agama, sekiranya menjadikan karyanya istimewa dari penulis-penulis kebanyakan. Ia berbicara dengan satir, vulgar dan sinis ketimbang menjadi penulis yang sopan dalam bertutur. Dan sesederhana itu Soumission dari Michel Houllebecq mengganggu pikiran saya dan akan terus menghinggapi untuk waktu yang panjang.
D S
Kelihaian Houellebecq jelas terlihat dalam eksplorasinya mengangkat tema-tema "ekstrim". Jelas itu akan berpotensi menimbulkan kontroversi, (bagi mereka yang mungkin menganggapnya terlalu vulgar dan sensitif) namun jika siapapun yang membacanya bisa melihat lebih luas, ini adalah semacam karya satir dengan balutan erotisme yang coba dihadirkan Houellebecq lengkap dengan humor gelapnya.. Soumission kian mempertegas keberadaanya sebagai penulis kontemporer perancis yang asik. Setidaknya bagi saya.
Kelak di masa depan , kelompok partai muslim memenangkan pemilihan presiden. Sang tokoh utama, Francoise, seorang profesor literatur tengah mengalami penurunan gairah hidup di usianya yang memasuki setengah abad. Karirnya perlahan meredup sebagai seorang pengajar, kehidupan sosialnya tak kalah memprihatinkan dengan kebiasaannya meniduri wanita-wanita mengantarkan dirinya sebagai "pemain handal" di setiap pergantian kalender tahun ajaran universitas.
Francoise seorang profesor literatur ; seorang spesialis yang karya-karya Huysmans; seorang womanizer mumpuni yang jatuh hati oleh seorang wanita yahudi. Sang profesor dengan pesona yang kuat tak memiliki kesulitan menggaet wanita-wanita yang ia inginkan. Ia bisa dengan mudah beranjak dari satu wanita ke wanita lainnya dengan personanya. Hal itu terjadi sebelum ia jatuh hati dengan Maryam, wanita yahudi, yang kelak membuatnya jatuh kepayang.
Jelas Houllebecq tak sedang bermaksud memprovokasi seantero negeri dengan berbagai hal yang terpampang dalam kisah Soumission ini, namun ini jelas menjadi sebuah penanda bahwasannya Perancis yang kini ia lihat perlahan telah berubah. Dari situ tampaknya ia tak ambil pusing menerima segala perbedaan dan memilih untuk merefleksikan pergesaran nilai-nilai budaya dengan semua balutan humor-humor hitam yang menghiasi kisah ini.
Terlepas dari segala polemik dan pertentangan terhadap Houllebecq dan karyanya, jelas karya ini kian menempatkan dirinya pada penulis Perancis yang menjanjikan. Kecenderungannya memasuki area-area "tabu" mulai dari seksualitas, politik dan agama, sekiranya menjadikan karyanya istimewa dari penulis-penulis kebanyakan. Ia berbicara dengan satir, vulgar dan sinis ketimbang menjadi penulis yang sopan dalam bertutur. Dan sesederhana itu Soumission dari Michel Houllebecq mengganggu pikiran saya dan akan terus menghinggapi untuk waktu yang panjang.
D S
No comments:
Post a Comment