Thursday, 31 October 2024

Keseharian Seorang Pengawas, Italo Calvino

 Hari-hari Amerigo sebagai seorang simpatisan partai dilanda sebuah krisis. Amerigo Omerea dihadapkan kepada dua pilihan : Jangan terlalu berharap banyak terhadap delusi-delusinya , atau terus menjaga api optimisme dalam dirinya bahwasanya esok akan jauh lebih baik dari kondisinya saat ini pada saat pemilihan umum yang tinggal beberapa hari lagi.


Dengan latar sebuah kota bernama Cottolengo, Amerigo berpartisipasi sebagai "pengamat penghitungan " dalam proses pemilihan umum. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari pekerja, biarawan dan biarawati, hingga kriminil menjadi salah satu elemen dalam kisah ini. Pertanyaan-pertanyaan tentang  moralitas, isu politik, agama adalah komoditi utama. Calvino bereksperimen dengan sebuah drama psikologi nan kompleks dalam La giornata d'uno scrutatore kali ini.

Hari-hari Amerigo diliputi awan gelap dalam masa-masa pemilihan. Seantero penduduk kota Turin, sebagaimana Cottolengo diceritakan, diisi dengan gegap gempita dan nafsu berbagai simpatisan partai-partai. Mereka berharap bila sosok yang mereka usung bisa menjadi representasi terbaik bagi negeranya, mulai dari kaum agamis Katolik hingga para comrade partai komunis saling menggalang dukungan mereka.

Sebagai seorang relawan pengawas pemilihan, Amerigo, disana ia menemukan beberapa pemilih dengan kebutuhan khusus. Ia berhadapan dengan para penyandang disabilitas, mulai dari orang tuli, buta, hingga orang gila. Calvino seperti ingin memberi sebuah kesan dalam proses pemilihan bahwasanya proses pemilihan ini seolah disalah artikan orang-orang sebagai sebuah ungkapan keinginan.

Eksperimen Calvino terasa cukup unik dalam emosi tiap-tiap karakter. Manusia normal kerap mengharapkan sesuatu diatas batas kewajaran dalam situasi politik. Tak peduli kiri atau kanan keduanya begitu menggebu-gebu dan mulai membuat hari-hari Amerigo kalang kabut mengawasi pesta politik negaranya.

Amerigo adalah Calvino. Kegelisahan, kegetiran dan amarah melihat situasi negaranya kala itu, cukup terekam dan nampak muram dalam narasinya. Ditengah gelombang orang-orang yang tidak dapat memahami dan terbujuk oleh sebuah nilai agama Amerigo menatap kenyataan yang mengguncang hati nuraninya, dan berupaya menempatkan semua kepastiannyan dalam sebuah krisis yang kan menjadikannya sosok berbeda.


D S



No comments:

Post a Comment