Tuesday, 31 December 2024

Les Choses, Georges Perec

 Setelah dibuat kagum dengan kompleksitas La Vie Mode d'Emploi, Georges Perec kembali mengejutkan saya dengan novel tipis berjudul "Hal-Hal (Les Choses)". Kisah ini sebenarnya adalah kisah cinta muda-mudi bernama Jerome dan Sylvie. Seperti hubungan kisah cinta kebanyakan. Kedua pasangan ini mengalami kebuntuan.

        Kelesuan bangku kuliah, ditambah gaya hidup Parisien ini yang menekan hari-hari mereka. Jerome memutuskan melamar posisi pengajar di Tunisia, sedangkan kekasihnya mendampingi kehidupan baru mereka. 

         Mereka dengan sedikit lebih cermat, tanpa harus meninggalkan ke-Paris-an mereka, alhasil Jerome melamar posisi pengajar di Tunisia sedangkan Sylvie sebagai ibu rumah tangga.

        Gaya hidup bergelimang jelas tak sebanding dengan situasi mereka sebagai sepasang muda-mudi begajulan. Kondisi keuangan mereka tak kunjung membaik, berdampak pada hubungan keduanya. jauh lebih baik dari sebelumnya, sehingga menyebabkan mereka memutuskan rehat sejenak dari hubungan mereka.

         Novel ini kemudian menjadi semacam kisah sebuah generasi, Jerome dan Sylvie memandang hari-hari mereka di Paris pada akhir tahun 60an perlahan beranjak tergerogoti gaya hidup penuh kekosongan. Berlatar Paris di tahun 60-an, hari-hari mereka sebetulnya tak buruk-buruk amat di kala itu. Seperti halnya parisien, kehidupan mereka berkecukupan, memang tak cukup-cukup sekali. Setidaknya bisa untuk dipakai bersantai di kafe, pergi ke bioskop atau sekedar melepas kebosanan di akhir pekan. Sayangnya kebosanan jauh lebih besar dari hal apapun yang mereka bayangkan. Mereka menginkan kenyamanan hidup, namun kenyamanan itu pada akhirnya disamakan menjadi semacam kepemilikan.

        Ini sebuah kisah cinta cukup pahit yang terbentang di akhir tahun enam puluhan. Sang perempuan mendambakan kehidupan mapan, sedangkan sang lelaki terus dihantui dengan rasa penasaran dalam hari-harinya. Perec hadir seperti tak ingin memberikan sebuah solusi, dalam tema-tema kegemarannya, ia kerap menjadikan novel semacam puzzle.


D S

Saturday, 14 December 2024

Semoga Beruntung Satu Per Empat

Tulisan ini adalah sebuah pengakuan. Sebuah pengakuan yang kelak akan beririsan dengan banyak hal. Semenjak berjumpa single Ephemeral, saya tenggelam dengan karya-karya Satu Per Empat beberapa tahun silam. Perjumpaan itu kemudian membuat saya benar-benar menggandrungi mereka, sekaligus menenggelamkan saya lebih dalam terhadap grunge, yang tak pernah mampu saya sukai. Hal itu mereka sulap dan membuat saya tak sadar bila playlist saya hanya tentang musik mereka. Lebih jauh lagi mereka meretas keasingan di telinga terhadap grunge.  Lagu-lagu mereka seakan menjadi pengusir kebosanan  paling ampuh dan Pasca Falasi memiliki nilai urgensi yang besar bersanding dengan album-album penting di hidup saya bersama Badai Pasti Berlalu, Barisan Nisan, Ports of Lima dan Katus. Belum lagi mini album Lelucon Revivalis yang begitu istimewa juga tak bisa luput dari diskografi mereka

Baik, saya tak akan banyak berbicara soal  album debut dan mini album mereka, Pasca Falasi dan Lelucon Revivalis. Saya berjanji jika hal itu akan saya jadikan tulisan sendiri di lain waktu. Ijinkan saya di kesempatan ini merayakan album kedua mereka Semoga Beruntung Nasib Buruk yang dirilis sekitar dua minggu lalu. Semenjak Bismo Triastirtoaji beberapa waktu lalu menjanjikan saya sebuah zine yang dibagikan dalam hearing session album teranyar ini, saya menantinya bersama dirilisnya album utuh ini. Tak peduli berapa lama saya akan terus bersabar di dalam hati, sembari terus menonton video rekaman panggung terakhir mereka yang diunggah kanal pfvideoworks. Beruntung dokumentasi konser panjang mereka  bersama pemain basis utama mereka, Riga, masih bisa terus saya simak.

Disana "Realis" dan "Klenik" saya dengar untuk pertama kalinya. "Realis", setidaknya bagi saya, adalah lagu yang bercerita tentang kehidupan manusia di persimpangan jalan pada akhir usia duapuluh-an yang linglung dan pasrah, dalam kondisi mengenaskan. Sedangkan "Klenik" memiliki nuansa berbeda. Ia masih bernafaskan riff gitar agresif seperti lagu-lagu "Teorema", "Ephemeral" hingga "Supernova". Sangat menghentak dan menggembirakan.

Dua single itu menggedor telinga saya berulang-ulang dan masih belum cukup. Saya masih mau lebih namun diminta kembali bersabar hingga hari peluncuran album kedua itu. Antusiasme saya tak terbendung untuk mendengar perkembangan karya mereka. Track "Mati Tertawa"  adalah eksperimen menyenangkan bagi saya. Selepas Riga hengkang dan kini menjadikan mereka unit trio alternative rock, mereka  berani menyentuh area musik triphop dan bebunyian elektronik dengan keberanian dan resiko artistik yang penuh perhitungan. Namun track "Anta Permana" adalah yang teristimewa bagi saya. Lagu rock penuh kesederhanaan tentang sebuah rumah dan kehangatan keluarga, yang diakui sang vokalis dalam wawancara mereka di Jurno, sungguh menghangatkan semua perasaan remuk redam dalam hidup. Berlanjut pada track "Mira" yang juga masih memiliki marwah yang sama namun dengan sentuhan yang segar, bercerita tentang kebiadaban sekelompok oknum terhadap seorang transpuan yang memilukan, namun coba disuarakan untuk kesadaran bersama, agar tak jadi zalim kepada siapapun. Sisi kemanusiaan kita tak mungkin baik-baik saja mendengar nyawa seseorang bisa dimusnahkan dengan keji.

Pada nomor-nomor berikutnya kita bisa merasakan pendewasaan dalam "Jelaga", "Semoga Beruntung Nasib Buruk", "Nostos & Algia", dan "Jelaga". Sisi agresifitas mereka bertranformasi menjamah tempo dan warna yang baru namun tetap kontemplatif. Pendekatan dalam eksplorasi musik mereka ini amat menyenangkan, dan kelak saya meyakini bila mereka akan terus bermain-main pada area baru yang mereka inginkan di waktu mendatang sambil berharap nasib baik selalu menyertai mereka bertiga.

D S




Sunday, 1 December 2024

Sopra Pedro Pàramo di Juan Rulfo.

Il boom latino america è una oase per me. No penso mai un viago della letteratura molto profonda e anche ricco. E poí ho trovato Juan Rulfo con il suo romanzo Pedro Paramo. Un uomo sta cercando suo padre nel la citta serena e anche misterioso con la sua fantasma e memoria. Il suo padre, Pedro Paramo, è un uomo importante e bastardo nel stesso tempo perchè lui ha marrito con tanti donne e datto molti figli senza mantenere suo famiglia. Nel'altra parte, lui anche un diabolo che potevo ammazare suo enemigo. 

Il protagonista è un figlio di Pedro Paramo che torna à citta di Comala per cercare lui. Pero nel realità non è così simplice. Tutte le fantasme arrivano à lui per raccontare un messagio bizzaro, ma anchè orrore. Rulfo ha usato una maniera brilliante per provocare suoi lettori, perchè ci sono molto trame dove siamo portrebbe sbagliare di capire peró con questo erorre possiamo seguire alla fine storia.


Per Rulfo, Pedro Paramo è un libro difficile. La sua generazione non ha capito direttamente la visione della storia, pero un maestro per un maestro che si chiama Garcia Marquez, questo libro è molto felice e divertente. Pedro Paramo ha aiutato lui molto per creare Cien años de soledad. Marquez potevo raccontare questo libro dal tutta la parte. E dopo letto Pedro Paramo, lui ha iniziato à scrivere suo magnum opus, Cien años de soledad.


Nel mio punto di vista, Pedro Paramo quasi essere un romanzo perfetto dove nostra realita si rompe nel un momento fantastico, se noi siamo pronti per tonare à Comala e incontriamo con Pedro Paramo.


D S

Tuesday, 19 November 2024

Ada Sebuah Keanehan di Kepalaku, Orhan Pamuk

 Adalah seorang pria Turki bernama Mevlut Karatas, penjual bosa (minuman tradisional turki) yang tengah jatuh hati pada seorang wanita di sebuah pesta pernikahan. Sejak malam itu, ia membulatkan tekadnya mendapatkan sang wanita pujaanya. Surat cinta satu persatu mulai ia kirimkan. Harapannya tentu menaklukan hati si wanita idaman. Dengan bantuan seorang kawan, perjuangannya sedikit lebih lebih ringan semestinya dan seperti orang yang sedang dimabuk kepayang, rencana pun disusun. Begitu kiranya gambaran pembuka novel Orhan Pamuk, berjudul A Strangeness in My Mind, yang saya pinjam dari seorang kawan.


Buku ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun yang percaya cinta pada pandangan pertama (bagi barang siapa yang percaya) ; sekaligus cara memahami pikiran siapapun yang kerap diombang-ambing dengan "rasa aneh" di dalam pikirannya (bagi yang mungkin pernah merasakan tentunya). Faktor lain yang menarik dalam novel ini yakni banyaknya narator yang silih berganti menceritakan kisahnya, alhasil perspektif menjadi amat luas dan cerita menjadi lebih menarik sekaligus meminta perhatian lebih. Pamuk juga sesekali menyisipkan humor-humor politiknya, sekaligus sindiran-sindiran tentang kota kelahirannya yakni, Istanbul yang begitu ia cintai.


Bagian yang paling membuat saya tak berhenti tersenyum tentu ketika Mevlut menyadari jika wanita yang ia ajak untuk kawin lari itu bukan lah wanita yang selama ini ia maksud. Bagi saya ini keistimewaan Pamuk menciptakan kejutan-kejutan yang ia simpan rapi dibalik berbagai narator yang silih berganti menyuarakan kisahnya. Adalagi yang menarik ketika ia terlibat dalam sebuah konflik di tempat kerjanya di sebuah restoran. Disitu Mevlut berada pada sebuah persimpangan jalan antara suara hati kecilnya dan rekan kerjanya yakni sahabat baiknya. Meskipun itu berujung pada sebuah akhir. Bagaimana akhirnya? Saya tak ingin membocorkan terlalu banyak. Biarkan siapapun menikmati buku ini, agar mampu merasakan dengan hikmat dan nikmat suasana cerita yang dibangun dengan megah. Sehingga pada akhirnya keanehan di dalam pikiran siapapun akan terus membuat mereka bertarung mempertahankan harkat dan martabatnya sendiri.


D S

Sunday, 17 November 2024

Dekat pada Hati yang Liar, Clarice Lispector

 Dalam sebuah wawancara, Clarice Lispector pernah menyatakan jika anak-anak dipenuhi mimpi yang membuatnya selalu bahagia. Sedangkan orang dewasa tak ubahnya masa penuh kesedihan karena mimpi itu telah mati dihantam kenyataan-kenyataan hidup. Ironisnya Near to the Wild Heart mengisahkan masa kecil seorang perempuan bernama Joana, seorang anak kecil perempuan  pemurung dan kerap dilanda kebosanan.  Ayahnya tak berhenti menghardiknya karena kerap mengganggu pekerjaanya. Bibinya lebih parah lagi. Ia menganggap sang Joana kecil adalah seekor monster berbahaya setelah mendengar pengakuan atas kenakalannya.


Dibuka oleh sebuah epigraf  "He was alone. He was unheeded, happy, and near to the wild heart of life."  dari James Joyce. Clarice pun  mengakui jika dirinya terinspirasi atas novel pertama Joyce   Potrait of the artist as a young man. Tak ada Stephan Dedalus memang namun Joana, si tokoh utama, digambarkan sebagai seorang bocah yang sedang tersesat dalam hari-hariya. Tak peduli semua kesibukan telah  dikerjakan, ia tetap merengek kepada orang-orang teredekatnya jika ia ingin hal lain. Termasuk memutuskan mencuri buku.

Joana kecil tumbuh dalam segala kebosanan di hadapannya. Baginya kehidupan dewasa adalah kesedihan sejati, dan meminjam perkataan Faulkner kemurnian adalah hal paling bertentangan di alam semesta. Begitu pula halnya dengan kebosanan. Ia tak menemukan keseruan dalam hal hari-harinya dan beranggapan jika keputusan untuk mencuri bukanlah sebuah kejahatan jika itu bisa membunuh rasa bosannya.

Kisah ini kemudian berlanjut hingga kehidupan dewasa Joana. Kelak ia berjumpa dengan seorang pria dan jatuh hati. Mereka memutuskan menikah, kemudian mimpi buruk datang lebih cepat diantara mereka, namun kesedihan adalah bagian tak terelakan dalam kehidupan Joana tampaknya. Clarice mengutarakan  jika kesedihan adalah sebuah bagian kehidupan orang dewasa, sedangkan masa anak-anak adalah masa penuh kebahagiaan, karena imajinasi dan mimpi memberikan harapan.

Clarice memang kerap jauh dari senyum dalam wawancaranya. Sedangkan hal itu tampaknya tertuang jelas dalam sinisme di kisahnya. Kesedihan adalah sebuah kemewahan dalam sebuah kehidupan. Ia memang kerap disebut sebagai penulis yahudi terbaik setelah Kafka. Ada jejak-jejak Joyce, Dostoevsky, hingga Gide dalam kisahnya. Sinisme dalam karakter-karakternya memang membuat gaya arus kesadaran mengalir dengan deras sepanjang kisah.

Memperoleh pengakuan terlambat di dalam gelombang El boom latinoamericano, tak mengurangi kualitas karya Clarice sepertinya. Novel pertama ini jelas menjadi penanda jika buku-buku miliknya layak bersandar dengan deretan karya-karya kanon berikut. Tak ada embel-embel realisme magis dalam kisah ini, namun prosa ini berdaya magis untuk menggedor nalar siapapun .


D S

Monday, 11 November 2024

Keluarga, Natalia Ginzburg

 Saya tak ingat sudah berapa kali membaca buku  Natalia Ginzburg yang satu ini. Selain Lessico Famigliare yang suguh saya sukai . Bukunya yang satu ini mengasyikan. Sebuah buku berisi dua novella yang berisikan konflik, serta tragedi dalam suatu hubungan percintaan yang karam atau yang level yang lebih tinggi yakni keluarga.


 Judul asli buku ini adalah "Famiglia", mengisahkan kehidupan dua orang mantan kekasih pasca karamnya kisah cinta keduanya. Alih-alih memutuskan beranjak dari pahitnya putus cinta. Keduanya memilih untuk sisa-sisa romansa yang telah telah tebangun masih belum lenyap dari keduanya. Rutinitas ke bioskop, atau sekedar berjumpa satu sama lain masih mereka lakukan.

Makanan dan gastronomi sepertinya menjadi sebuah penanda status sosial kelas menengah kaum Romano. Di atas segalanya, gastronomi adalah sarana komunikasi bagi  sang protagonis, Carmine, yang kemampuannya untuk memahami dan mengekspresikan emosinya sangat buruk, jika tak bisa dibilang menyedihkan


"Bourghesia" berbicara tentang konflik eksistensial dalam kehidupan modern. Sang tokoh utama, Ilaria, ditimpa sebuah tragedi di dalam keluarganya. Sebuah keluarga di kehidupan modern memang tak luput dari konflik internal. Harta seolah tak menjadi penentu utama keutuhan keluarga yang ideal. Masalah eksistensial manusia pada tatanan yang lain memang pelik sebagaimana Ginzburg menggambarkan dalam kisahnya.


Ada semacam perasaan unik yang muncuk seusai selama membaca buku ini. Sejujurnya saya sudah sekian lama mengincar karya penulis yang satu ini. Beberapa kali saya mendengar karyanya diperbincangkan teman-teman saya, namun tetap saja hal itu belum membulatkan niat untuk memulai membaca karyanya. Novella Ginzburg kali ini seolah menggambarkan kehidupan yang didefinisikan dalam perspektif kematian, yang merupakan satu-satunya cara untuk mendefinisikan kehidupan.

D S

Thursday, 31 October 2024

Keseharian Seorang Pengawas, Italo Calvino

 Hari-hari Amerigo sebagai seorang simpatisan partai dilanda sebuah krisis. Amerigo Omerea dihadapkan kepada dua pilihan : Jangan terlalu berharap banyak terhadap delusi-delusinya , atau terus menjaga api optimisme dalam dirinya bahwasanya esok akan jauh lebih baik dari kondisinya saat ini pada saat pemilihan umum yang tinggal beberapa hari lagi.


Dengan latar sebuah kota bernama Cottolengo, Amerigo berpartisipasi sebagai "pengamat penghitungan " dalam proses pemilihan umum. Seluruh lapisan masyarakat mulai dari pekerja, biarawan dan biarawati, hingga kriminil menjadi salah satu elemen dalam kisah ini. Pertanyaan-pertanyaan tentang  moralitas, isu politik, agama adalah komoditi utama. Calvino bereksperimen dengan sebuah drama psikologi nan kompleks dalam La giornata d'uno scrutatore kali ini.

Hari-hari Amerigo diliputi awan gelap dalam masa-masa pemilihan. Seantero penduduk kota Turin, sebagaimana Cottolengo diceritakan, diisi dengan gegap gempita dan nafsu berbagai simpatisan partai-partai. Mereka berharap bila sosok yang mereka usung bisa menjadi representasi terbaik bagi negeranya, mulai dari kaum agamis Katolik hingga para comrade partai komunis saling menggalang dukungan mereka.

Sebagai seorang relawan pengawas pemilihan, Amerigo, disana ia menemukan beberapa pemilih dengan kebutuhan khusus. Ia berhadapan dengan para penyandang disabilitas, mulai dari orang tuli, buta, hingga orang gila. Calvino seperti ingin memberi sebuah kesan dalam proses pemilihan bahwasanya proses pemilihan ini seolah disalah artikan orang-orang sebagai sebuah ungkapan keinginan.

Eksperimen Calvino terasa cukup unik dalam emosi tiap-tiap karakter. Manusia normal kerap mengharapkan sesuatu diatas batas kewajaran dalam situasi politik. Tak peduli kiri atau kanan keduanya begitu menggebu-gebu dan mulai membuat hari-hari Amerigo kalang kabut mengawasi pesta politik negaranya.

Amerigo adalah Calvino. Kegelisahan, kegetiran dan amarah melihat situasi negaranya kala itu, cukup terekam dan nampak muram dalam narasinya. Ditengah gelombang orang-orang yang tidak dapat memahami dan terbujuk oleh sebuah nilai agama Amerigo menatap kenyataan yang mengguncang hati nuraninya, dan berupaya menempatkan semua kepastiannyan dalam sebuah krisis yang kan menjadikannya sosok berbeda.


D S



Friday, 20 September 2024

Esok dalam Pertempuran Pikirkan Aku, Javier Marias

 "Tak ada yang menyangka jika kelak kamu semua akan menemukan dirimu bersama perempuan yang tewas di lenganmu." Begitu ujar narator dalam buku Javier Marias berjudul "Mañana en la batalla piensa en mi" (dalam bahasa Indonesia kira-kira Esok Dalam Pertempuran Pikirkan Aku). Sekilas judulnya menyiratkan pesan perpisahan, namun itu tak berjalan sesingkat itu karena semua terjadi tanpa dikira. Lebih cepat dari sebuah pamitan.


Kencan Victor, sang tokoh utama, semestinya akan berjalan mengasyikan. Wanita pujaan hatinya mengundangnya ke sebuah jamuan malam. Makanan lezat menantinya, tak lupa sebotol wine untuk menghangatkan suasana sebelum menikmati sisa malam bercumbu dengan Marta, sang kekasih. Marta tak sendiri, anaknya berumur dua tahun terbaring di keranjang bayi, melihat laki-laki asing bercumbu bersama ibunya. Ia tak menyadari jika itu kelak akan menjadi kali terakhirnya melihat wajah sang ibu.

Jujur saya tak bisa berhenti membayangkan lekuk tubuh Marta. Sedang asik-asiknya bercinta maut datang amat cepat, bahkan untuk sekadar pamitan dengan anak kesayangannya yang baru berusia dua tahun. Terdengar begitu tragis memang. Siapa menginginkan dirinya merangkul jenazah kekasihnya, apalagi bila itu adalah seorang kekasih gelap. Rencana kencan berujung mengenaskan. Haruskah ia memberi tahukan kematian kekasih gelapnya kepada sang suaminya, atau terus membiarkandalam sebuah momen yang penting itu untuk berakhir begitu saja?

Victor memang malang luar biasa, namun tragedi ini tak dibiarkan hambar begitu saja oleh Marias. Setidaknya kematian saat berkencan itu, menjadi semacam permainan Marias. Ia mempermainkan emosi dalam "Mañana en la batalla piensa en mi" kesana kemari. Victor yang tengah kalang kabut dalam insiden ini, namun ia masih sempat memikirkan hal-hal konyol.

Kisah semacam ini sedikit mengingatkan pada novel tebal milik Stefan Zweig, Beware of Pity. Keduanya menceritakan kisah cinta yang cukup tragis, meski berbeda satu dengan yang lain. Tak ada cinta bertepuk sebelah tangan, namun disini ada kematian dalam sebuah jamuan makan malam. Bila Zweig memperlihatkan rasa kasihan akan membawa seseorang pada sebuah petaka, kali ini rasa kasihan dalam kisah Marias justru hadir seperti kejutan yang tak pernah dipikirkan siapapun.

Memperjuangkan cinta memang tak ubahnya sebuah pertempuran sengit dan  siapapun mungkin acap kali kehilangan sedikit atau banyak akal sehatnya. Itu kira-kira sedikit yang tersirat dalam kisah Marias. Cinta itu menjalar ke sekujur tubuh, seperti layaknya sebuah pertarungan dalam upaya penaklukan ambisi diri yang mungkin hingga esok mungkin ia masih memikirkanmu.


Saturday, 31 August 2024

Kiat Sukses Hancur Lebur, Martin Suryajaya

 Buku ini terbit pada taun 2016 sedangkan naskahnya baru diterima oleh sang editor tahun 2019 dan kemudian ditandatangani oleh sang editor tahun 2025. Jumlah naskahnya diperkirakan setinggi lutut orang dewasa. Begitu dituturkan sang editor di kata pengantar Kiat Sukses Hancur Lebur . Menurut sang editor novel ini ditulis  dengan cara penuturan seorang pemabuk. Jika kau mengharapkan sebuah pergerakan alur kisah layaknya novel pada umumnya dimana akan ada dialog antar tokoh kemudian konflik hingga konklusi, sebaiknya lupakan buku ini. Tak ada satupun percakapan antar tokoh, gantinya kita akan disajikan hamburan terasi di luar angkasa, pengantar akutansi avant-garde, sisipan nama-nama penulis dengan karya imajiner, hingga saran-saran yang terkesan suka-suka penulisnya. Namun dalam semua paparan hal-hal itu, ada suatu keistimewaan di dalamnya dan bahkan dalam semesta Martin Suryajaya. Lalu apa yang membuat novel ini istimewa? Jawabannya jelas sebuah kemubaziran sekaligus keniscayaan. Semua grafik-grafik dalam novel ini mungkin memberikan kelegaan entah dalam pengertian apa dan untuk apa, namun disaat bersamaan ada sebuah keniscayaan jika mungkin semua itu tak berarti apa-apa. Semua paparan data-data itu sengaja ditunjukan untuk menghancurkan angan-angan pembaca yang mengharapkan suatu kejelasan. Bila dalam kesusasteraan avant-garde yang ia sebut sebagai padang stepa luas dimana siapapun bebas mencipta, maka karya semacam Kiat Sukses Hancur Lebur terasa seperti saudara jauh dari buku-buku berjudul Nadja , La vie mode d'emploi, bahkan Finnegans Wake. Jika kau mencari sebuah pengertian tentang kisah ini, bisa dipastikan hal itu akan memerlukan upaya ekstra dan itupun tampaknya tak akan berakhir sia-sia. Karena Martin tak berniat untuk memberi sebuah petunjuk, dan membiarkan pembacanya mengumpulkan keping demi keping puzzle yang ia ciptakan. Jika ini kelak menjadi satu-satunya Novel Martin Suryajaya, itu sudah jauh lebih cukup untuk menjadikannya sebuah karya monumental dalam kesusasteraan Indonesia. Dan bila kelak ia menghasilkan karya berikutnya, maka percayalah jika kesusasteraan Indonesia amat terberkahi dengan talenta karyaMartin Suryajaya.

Wednesday, 31 July 2024

Tango Patah Hati, Manuel Puig

Suatu hari Dessa Vallejos digemparkan dengan kabar kematian seorang Don Juan. Berita kematiannya menggegerkan banyak perempuan yang mengaku pernah memiliki hubungan dengan pria ini. Ia bernama Juan Carlos Etchepera. Sosoknya yang rupawan, serta cukup rupawan sekaligus bajingan ternyata menjadi magnet bagi para perempuan. Ibunya yang tengah melewati masa duka sepeninggal kepergian putranya ternya mendapat rentetan kejutan dari perempuan yang mengaku pernah menjalin hubungan dengannya. Melalui surat wanita itu kemudian menyampaikan ungkapan duka, serta permintaan maaf atas kesilapan masa lalu dirinya dengan keluarga Etchepera dan yang mengejutkan tentu perasaan yang tersimpan selama ini terhadap Juan Carlos Etchepera. Kisah ini tak berhenti disitu. Layaknya sebuah serial drama kita diajak menyimak sepak terjang Don Juan satu ini. Wanita demi wanita muncul dan mengaku pernah berhubungan dengan Juan Carlos, dan mereka bangga pernah menjalin hubungan dengan seorang pria rupawan di kota ini. Bukan hanya itu. Mereka saling mengunggulkan diri mereka satu sama lain sembari menjadikan diri mereka yang terbaik bagi sang Don Juan. Ini bisa menjadi sebuah kisah drama sekaligus tragedi yang dituliskan Puig dengan penuh gaya. Alasannya tentu dengan bagaiman ia  mengemas bab demi bab menjadi semacam serial radio yang lengkap dengan iklan dan jingle lagu antar segmen acara. Puig jelas tak main-main jika dilihat dalam kemampuannya menyusun percakapan, alur cerita, serta mengatur eskalasi jalannya cerita. Musik Tango dan Bolero menjadi simbol filosofi. Puig berhasil  menciptakan tak sekedar kisah lara yang merana, namun ia menyampaikan penuh rasa.


Friday, 31 May 2024

Pertanda

(Diterjemahkan dari  judul asli :La señal)

Karya : Rodrigo Rey Rosa

Pertanda

 

 

Ini pertama kali terjadi di kota T, yang menciptakan misteri bagi mereka yang mengetahuinya dan lebih mengetahui bagi yang menyadarinya. Disamping itu, dan kulihat melalui pengamatan buruk kaca toilet dan piso superior de la Villa Sadi Sahda, ketika alarm berdering kencang. Seperti menciptakan kenangan, tapi tak mengingat membuatku tersiksa sepanjang malam, dan jika aku tak menuntaskan selama beberapa mimpi, mimpi seperti mabuk hingga tuntas. Dua hari kemudian sinyal perlahan menghilang dari penglihatanku.

                Kali kedua, tujuh malam berikutnya, adalah di M. menghampiriku  dengan aranazo semejante, dan tanpa kejahatan lebih membuatku teringat pada suatu kecelakaan atau suatu mimpi yang akan menjelaskannya. Namun pada kaliu ini, acaso – semisalnya bergerak demi sensai unik yang menyenggol luka kusebabkan, dan aku atasi pada pertemuan alasan dan untuk mengungkapkan cara pada yang menciptakan.

                Aku mencoba membayang kan jika aku sama,  pada setengah dua malam mungkin ia menampakan sebuah petunjuk. Tapi kukira tidak mungkin jika, sambil tertidur,  membuat beruntun dua diri serupa:  sebuah garis yang dimulaibenar benar rendah ditengah mataku dan menurun, membuat lebih dalam, membentuk separuh bulan yang diakhiri tengah dan la comisura de mis labios. Demikian penandaan, menghasilkan pembicaraan memalukan dengan beberapa, sekalipun dengan yang orang tak dikenal.

                Selama perjalanan diantara M. dan G. , kuputuskan pergi dan berbicara dengan seorang kawan lama atas masalahku. Ketika korban mengutarakan kasus, ia menertawakannya. Dan tanpa keraguan, mengajakku berjalan  melewati malam-malam berikutnya, demi mewujudkan mimpiku. Sembilan mimpi terjadi di tempatku, tanpa mengamati keunikan sama sekali.  Namun malam pertamanya berjalan sendiri, pertanda muncul kembali.  Demikian berlangsung di rumahnya untuk menunjukannya. Kemudian dengan mengetesnya, berjanji jika ia akan kembali ke dalam mimpiku.  Jika aku berkenan di tempat tinggal sebelumnya, dan aku mengambil jika akan membuat sebuah un pequeño agujero en la pared divisorial , demi jika, berikutnya akan menjelaskanku, ia mampu mengamatiku tanpa jika ia hadir mencederai kemungkinannya aktivitas ganjil selama mimpiku. Kuperbesar hingga duapuluh tujuh malam tanpa hasil merisaukanku dengan alasan, dan awalnya periode ini keduanya memberiku untuk menjual. Pada kesempatan lain, malam kedua berlangsung sendiri, sinval menghasilkannya, beberapa jam  dengan suatu variasi : pada suatu tempat dari suatu kurva melengkung, semula U berubah, benar-benar dibawah mata.


(Tamat)

Tuesday, 30 April 2024

Dawuk, Mahfud Ikhwan

 Ini jadi buku novel ketiga dari Mahfud Ikhwan yang saya baca nyaris berurutan. Jika debut novel Mahfud Ikhwan, Ulid, adalah drama yang kental dengan nuansa keluarga, disusul novel kedua,  Kambing dan Hujan yang memberikan kisah cinta yang getir dan alot, maka novel ketiganya, Dawuk, adalah sebuah tragedi. Membaca buku-buku Cak Mahfud adalah sama artinya dengan menghidupi kehidupan sederhana dengan rasa syukur semestinya. Pada Dawuk, Warto Kemplung, tokoh utama kisah ini menceritakan kisah cinta Mat  Dawuk dan Inayatun kepada siapapun di warung kopi langganannya. Parahnya, dua sejoli ini memang benar-benar menjadi bulan-bulanan masyarakat Rumbuk Randu. Terlepas dari semua itu, bagian paling menarik di kisah ini bagi saya justru pada Bab Dendam Tiga Turunan. Dalam bab ini ada satu hal menggelitik ketika Dulawi menaruh tumpukan jati di pundak Sinder Harjo yang membuat gaduh. Sinder, bagi sebagian yang masih asing, adalah pengawas kehutanan. Sinder yang muncul di kisah Dawuk bukan kali pertama dimunculkan Mahfud Ikhwan dalam kisahnya, sebagaiman Warto kemplung dalam kisah ini juga membuat saya penasaran bagaimana kelanjutan kisahnya di buku kedua lanjutan kisah  ini dalam kisah Anwar Tohari Mencari Mati.


D S

Thursday, 29 February 2024

Plaza Sunyi

 (Diterjemahkan dari cerita  Una Plaza Solitaria )

(Karya : Felisberto Hernandez)



*Plaza Sunyi

            Di sebuah sore tanpa mentari, terdapat sebuah plaza sunyi.
        Dari lantai putihnya, bantalan pemberat, mereka segera pergi dalam urutan teratur lalu tersebar eucalyptus besar yang mencapai langit. Di atas sana, udara dan ranting-ranting bergerak sedikit, dan mungkin dedaunan memutar.
           Namun ketika mata mencapai batang - di mana mereka berbaring, putih - keheningan masih, cahaya diam dan udara diam, dan di lantai putih mereka berhamburan cukup jelas, kaki bangku akar pohon.
           Dekat bangku dimana sempat aku disana,  masuk beberapa peralatan olahraga.
           Seorang bocah perempuan melakukan latihan yang terlihat olehku.
           Kuperhatikan dan terus menatap lantai putih.
        Mereka melewati lantai putih dengan tergesa-gesa, kaki orang-orang menyeberangi alun-alun untuk menyelamatkan jalan mereka.
        Mereka juga mencapai lantai putih, dedaunan beberapa pohon pisang yang telah lahir di tepi alun-alun.
      Tanpa disadari, aku memandangi gadis yang sedang melakukan senam agar dapat memandangnya.
         Kemudian ia berlari.
         Saat hari mulai gelap, lampu-lampu menyala. 
       Sorang pengendara sepeda merusak kendaraannya dan memutar pedal tanpa bergerak maju: sepeda berhenti dan dia harus beristirahat dengan satu kaki di tanah.
        Kemudian mereka menjadi lebih berat, hal-hal yang terjadi padaku melalui jiwa.
        Aku tidak menyadari bagaimana orang-orang pergi, tetapi mata melihat mereka pergi.
       Ketika aku bangun untuk pergi, aku mencari surga; Seekor burung menyeberang pepohonan dan aku memikirkan jarak antara pohon dan awan.




*nb: Plaza berarti alun-alun dalam bahasa spanyol
(Tamat)

Wednesday, 28 February 2024

Kisah tentang Sebatang Rokok

(Diterjemahkan dari Cerita Pendek Historia de un cigarillo )

(Karya : Felisberto Hernandez)

Diterbitkan di buku “Libro sin tapas (Buku Tanpa Sampul)”, 1929

 

 

Untuk Antonio Soto (Boy)

Kisah tentang Sebatang Rokok

 

I

 

             Suatu malam aku mengambil kotak rokok dari dalam sakuku. Semua ini dilakukan hampir secara tak sengaja. Aku tidak menyadari bahwa rokok adalah rokok dan aku akan merokok. Untuk waktu yang lama ia telah memikirkan roh dalam dirinya; dalam roh manusia dalam hubungannya dengan pria lain; dalam roh manusia dalam hubungannya dengan hal-hal, dan aku tidak tahu apakah aku akan berpikir dalam semangat hal-hal yang berhubungan dengan manusia. Tapi tanpa ingin, ia menatap sesuatu; kotak rokok. Dan sekarang aku menganalisis meninjau ingatanku. Ia ingat itu pertama dia mengancam untuk mengambil satu tetapi hampir menyentuh dengan jarinya. Lalu aku pergi untuk mendapatkan yang lain dan tidak mengambil yang tepat, ambil yang ketiga. Aku teralihkan pada saat mengeluarkan mereka dan aku tidak menyadari ketidakakuratanku. Tetapi kemudian aku berpikir bahwa ketika aku terganggu, mereka dapat menguasai aku sedikit, yang menurut hal kecil mereka, mereka memiliki sedikit semangat secara korelatif. Dan roh cadangan itu, dapat menjangkau mereka untuk melarikan diri, dan bahwa aku mengambil orang lain.

II

 

 

`Malam yang lain aku berbicara dengan seorang teman. Kemudian aku terganggu dan aku merasakan hal lain tentang rokok. Ketika aku ingin merokok dan aku mengambil salah aku dari mereka, aku berpikir untuk mengambil salah satunya. Tanpa ingin menghindari mengambil salah satu yang rusak di ujungnya meskipun itu tidak akan mempengaruhi sehingga Kau tidak bisa merokok. Kecenderunganku adalah mengambil yang normal. Ketika aku menyadari ini, kukeluarkan rokok yang rusak lebih banyak dari kotak daripada yang lain. Undang rekanku. 

Aku melihat bahwa meskipun itu yang paling mudah untuk menggambar, dia memiliki perasaan yang sama tentang kesatuan yang normal dan lebih suka menggambar yang lain. Itu membuatku khawatir, tetapi ketika kami terus berbicara, aku lupa.

 

Setelah sekian lama aku pergi merokok, dan pada saat mengeluarkan rokok kuingat. Dengan banyak kejutan aku melihat bahwa yang rusak tidak ada di sana dan berpikir: << Aku pasti telah menghisapnya >> dan aku akan terbebas dari obsesi.

 

 

 

 

 

III

 

 

Pada malam yang sama di lain waktu ketika aku mengeluarkan kotak itu, aku menemukan berikut: rokok yang rusak itu tidak berasap, jatuh ke tanah dan mendatar di bagian bawah kotak. Jadi ketika aku melarikan diri berkali-kali, aku menjadi terobsesi lagi. Aku memiliki keingintahuan yang kuat untuk melihat apa yang akan terjadi jika aku merokok. Aku pergi ke teras, aku mengeluarkan semua yang ada di dalam kotak tanpa yang rusak; Aku masuk ke kamar dan menawarkannya kepada pasanganku , dia adalah satu-satunya dan aku harus merokok “itu”. Ia disebut-sebut mengambilnya dan tidak mengambilnya. Dia menatapku dengan senyum. Aku bertanya kepadanya. «Apakah Anda memperhatikan?». Dia menjawabku: «tapi bagaimana aku tidak bisa memberikan cerita». Aku kedinginan, tetapi dia segera menambahkan: “Hanya ada satu yang tersisa dan aku akan merokok sendiri”. Lalu dia mengambil miliknya dan kami merokok berdua dengan batang yang sama.


IV

 

 

Keesokan paginya aku ingat bahwa malam sebelumnya aku telah meletakkan rokok yang rusak di meja samping tempat tidur. Meja bercahaya tampak berbeda bagiku: aku punya aliansi dan asosiasi aneh dengan rokok itu. Tapi aku ingin bereaksi terhadapku. Aku memutuskan untuk membuka laci meja cahaya dan menghisapnya sebagai salah satu dari banyak. Aku membukanya aku ingin mengambil rokok aku secara alami sehingga jatuh dari tanganku. Aku menjadi terobsesi lagi. Aku bereaksi lagi. Tetapi ketika aku mengambilnya lagi, aku menemukan bahwa itu jatuh di lantai yang basah. Kali ini aku tidak bisa menghentikan obsesiku ; setiap kali menjadi lebih intens ketika mengamati suatu hal aktif yang sekarang terjadi di lantai: rokok menjadi semakin gelap ketika tembakau menyerap air.


Tamat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Thursday, 11 January 2024

Kamar yang Teduh

 Diterjemahkan dari cerita pendek:

El Cuarto Umbroso

Karya:
Rodrigo Rey Rosa


"Kamar yang Teduh"


           Dia sempat tinggal bersama kakak perempuannya, di dalam sebuah bangunan yang kini telah tiada. Dia memiliki untuk pintu di sisi yang menghadap ke jalan menuju mulut terowongan  dimana dia menghindar untuk masuk. Itu sudah cukup baginya untuk berjalan dari dinding ke dinding di ruang segi empatnya, dengan bantuan batang yang membuatnya berosilasi tanpa henti. Beberapa malam dia terbangun dengan lengan terulur, melindungi wajahnya, atau meraih meraih sesuatu yang ada di depannya. Di dekatnya ada saudara perempuannya, yang menyentuhnya untuk menenangkannya.
         Apa yang dia ketahui tentang dunia yang ia pelajari melalui saudara perempuannya. Dia biasa membaca untuknya, dan telah mengambil tangannya untuk membuatnya merasakan tepi meja. Dia telah mengajarinya untuk menggeser sentuhan di permukaan benda-benda lain, untuk melihat kualitasnya. Meskipun dia tidak memahami penampilan aslinya, yang keempat, dari waktu ke waktu, telah menjadi dunia yang kongkrit dan terbatas. Dia merasakan bentuk alamnya: lantai yang kotor, dapur, pot gelap, jendela di seberang.

                                                                                                                                         Tamat

Sunday, 7 January 2024

Kebetulan

 (Diterjemahkan dari cerita  Coicidencia)

(Karya : Rodrigo Rey Rosa)



Kebetulan

        Aku pikir konyol jika beberapa hari kutegaskan bahwa aksi menulis adalah mengancam untuk jiwa, karena aku telah meninggalkan penciptaannya di dalam jiwa.
       Sekarang begini: aku telah berhenti percaya di dalam sisi spirituil setelah mendedikasikan hampir dua puluh tahun di kepenulisan, mungkin - pada caraku- aku telah memiliki alasan.

        Kau penasaran, dan hampir signifikatif ? pada malam apa, beberapa jam kemudian seusia menulis ia tiba, ketika aku melahap faláfel di falla di St Mark's Place, seorang pria yang sangat jangkung dengan buku tebal di bawah lengannya memasuki ruang makan untuk memberi tahu pria lain, yang membuka-buka buku fisika nuklir saat dia makan malam dengan seorang wanita dan anak delapan atau sembilan tahun: "Kamu, yang terlihat seperti seorang ilmuwan, katakan padaku, apa perbedaan antara materi dan roh?"
       Ayah di keluarga, dengan sikap tidak sabar yang terkendali, menjawab: "Tinggalkakn aku sendiri, tolong, aku sedang makan bersama putra dan istriku." 
      "Ya," kata lelaki jangkung itu, "Aku melihatmu makan dan membaca buku itu sementara istrimu dan putramu makan dalam diam, dan kupikir kau mencari semacam kebijaksanaan."
         Sang ayah menatap bukunya, dan kemudian orang asing itu berbalik ke arah bocah lelaki itu, yang menatapnya, mungkin sedikit takut, dan berkata, "Itulah sebabnya kami hanya datang kesini, Nak, itu satu-satunya kebijaksanaan. Layak: untuk mengetahui bagaimana membedakan tubuh dan roh, untuk menemukan batas yang tepat antara keduanya.
                 Aku bangkit dari meja kecilku dan pergi ke jalan, dan pria jangkung itu pasti pergi untuk berkelok di tikungan pertama karena, ketika menyebrang jalan, aku berbalik melihat apa yang terjadi di jendela melalu jendela kaca patri, dan satu-satunya yang aku lihat adalah pria yang sedang membaca, istrinya mengunyah, dan lelaki, dengan suasana termenung, sedang mengorek telinga.


(Tamat)